Bab 288
Bab 288 Disalahkan
Begitu mendengar ucapan Tarno, Alvaro merasa sangat senang.
“Kak Tarno benar–benar hebat! Bagus, rencana ini bagus! Siapa suruh sebelumnya
bocah itu berlagak hebat di hadapan kita! Kali ini, dia bahkan nggak akan bisa
meneteskan air mata!”
“Hahaha….”
Melalui sambungan telepon, keduanya tertawa terbahak–bahak bersama.
Sensasi dendam akan segera terbalaskan ini benar–benar sangat nikmat.
“Jesika, hubungi Sigit, minta dia kirim orang ke tempat perjudian Alvaro, lalu
blokade tempat itu.” NôvelDrama.Org is the owner.
Di sisi lain, setelah berpesan satu kalimat pada Jesika, Ardika melepaskan
ponselnya.
Dia tidak menganggap serius kata–kata provokatif Alvaro, bahkan malas untuk
turun tangan sendiri.
Jesika segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Sigit.
Saat ini, Ardika menerima panggilan telepon dari Handoko.
“Kak Ardika, cepat pulang. Kakek datang mencari masalah kepada Kak Luna
bersama Wisnu, Wulan dan yang lainnya!”
Di ujung telepon, terdengar suara cemas Handoko. Selain itu, juga terdengar suara-
suara keributan.
Ardika tidak tahu apa yang terjadi lagi. Dia segera meminta Jesika untuk
mengantarnya kembali ke Kompleks Vila Bumantara.
Di Vila Cakrawala.
Anggota Keluarga Basagita yang dipimpin oleh Tuan Besar Basagita datang untuk
menyalahkan Luna.,
“Luna, Pak Tarno dari Showroom Mobil Neptus meminta kalian untuk mengembalikan tiga mobil itu hari ini juga. Selain itu, kalian juga harus mengganti rugi sebesar dua puluh miliar. Cepat lakukan sekarang juga!”
Tuan Besar Basagita berdiri di hadapan Luna dan memelototi cucunya.
“Kakek, semalam Alvaro menghancurkan mobilku, tiga mobil itu adalah bentuk
ganti rugi Showroom Mobil Neptus kepada kami? Kenapa harus dikembalikan lagi?”
Luna melirik Wisnu dan Wulan yang tampak senang, lalu bertanya dengan acuh tak
acuh, “Apa karena kalian ingin merebut mobil, jadi kalian membohongi Kakek ke
sini untuk membantu kalian?”
Dua mobil balap baru di vila ini awalnya dipesan oleh Wisnu dan Wulan.
Walaupun uang pemesanan mobil mereka peroleh dari penjualan Vila Cakrawala tanpa sepengetahuan Luna sekeluarga, tetapi dengan sifat tidak tahu malu mereka, mereka pasti tidak akan menyerah begitu saja.
“Luna, jangan omong kosong! Mobil memang milikku dan Wulan, apa yang perlu
direbut?”
Mendengar ucapan Luna, Wisnu langsung marah besar.
“Luna, Pak Tarno dari Showroom Mobil Neptus sendiri yang mengatakannya! Hari ini, kamu harus mengembalikan mobil sekaligus membayar ganti rugi!”
Wulan mendengus, lalu berkata dengan senang, “Apa kamu tahu siapa Pak Tarno? Dia adalah anak buah Billy, sang raja preman. Kalau kamu berani nggak mengembalikan mobil, menyinggung Pak Tarno, kalian sekeluarga pasti akan
mengalami kesialan.”
“Jelas–jelas Showroom Mobil Neptus yang mengatakan mobil adalah ganti rugi
untukku, kenapa sekarang berubah lagi?”
Ekspresi Luna berubah drastis.
Kalau dilihat dari ekspresi Wisnu dan Wulan, mereka tidak seperti sedang
menggertak. Selain itu, bahkan Tuan Besar Basagita tampak sangat serius seolah- olah akan menghadapi musuh besar dan datang sendiri ke sini. Sepertinya
Showroom Mobil Neptus benar–benar sudah mengubah keputusan mereka.
“Salah siapa lagi kalau bukan salah suami idiotmu itu? Siapa suruh dia
menyinggung Muda Liander dari Keluarga Septio Provinsi Aste? Dasar bodoh!
Bisa menjalin hubungan dengan seorang tokoh hebat, dia malah berpura–pura sok suci. Alhasil, dia malah menyinggung orang yang nggak bisa dia singgung!”
Wulan memasang ekspresi senang.
Begitu Wulan membahas hal itu, anggota Keluarga Basagita lainnya langsung marah.
Awalnya Keluarga Basagita ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menjalin hubungan dengan Keluarga Septio Provinsi Aste, tetapi Ardika malah menyia- nyiakan kesempatan bagus itu.
Saat mendengar informasi ini di rumah, Tuan Besar Basagita hampir memuntahkan
darah saking kesalnya.
“Dasar pecundang! Dia sendiri nggak punya kemampuan apa–apa, tapi malah terus
menerus membawa masalah bagi Keluarga Basagita! Aku benar–benar ingin
membunuhnya!”
Anggota Keluarga Basagita melontarkan kata–kata kasar pada Ardika.
Luna hanya bisa menanggapi mereka dengan diam.
Sementara itu, Handoko berdiri dengan marah. Dia sudah melontarkan beberapa
patah kata untuk membela Ardika, tetapi selalu teredam dengan suara–suara volume
tinggi anggota Keluarga Basagita.
“Siapa yang memberi kalian izin membuat keributan di sini?! Pergi dari sini.
sekarang juga!” kata Ardika yang tiba–tiba berjalan menghampiri mereka dengan
dingin.
Begitu melihat Ardika, anggota Keluarga Basagita mengentakkan kaki mereka
saking kesalnya.
“Dasar pecundang! Kamu sudah membuat Keluarga Basagita kehilangan satu
kesempatan besar, tapi sekarang kamu malah menyuruh kami pergi?!”
“Kulihat orang yang seharusnya pergi dari sini adalah kamu! Kalau nggak, cepat
atau lambat Keluarga Basagita pasti akan dicelakai oleh pecundang sepertimu!”
“Kamu bukan hanya menyinggung Tuan Muda Liander, kamu juga menyinggung. anak buah Billy! Cepat bercerai dengan Luna! Jangan menyeret kami dalam
masalahmu….”