Bab 289
Bab 289 Hancurkan Showroom
Anggota Keluarga Basagita menatap Ardika dengan tatapan tajam, seolah–olah ingin mencabik–cabik pria itu.
Kemarin Ardika mengusir mereka di depan umum, membuat mereka sangat mate Jadi, mereka sangat membenci Ardikn.
Tanpa memedulikan orang–orang itu, Ardika berjalan menghampiri Luna dan bertanya, “Sayang, ada apa lagi? Kenapa mereka datang lagi?”
Luna menceritakan tentang Showroom Mobil Neptus kepada Ardika.
Setelah mendengar cerita istrinya, Ardika tertawa. Dia menatap anggota Keluarga Basagita dengan tatapan meremehkan dan berkata, “Aku pikir masalah besar apa ternyata hanya Showroom Mobil Neptus saja bisa membuat kalian ketakutan seperti
itu
“Di saat seperti ini, kamu masih bisa membual! Pemilik Showroom Mobil Neptus adalah Billy sang raja preman, bahkan keluarga kaya kelas satu saja nggak berani
menyinggungnya!”
“Kalau kamu ingin mati, mati saja sendiri, jangan melibatkan kami!”
Mendengar ucapan Ardika, amarah anggota Keluarga Basagita langsung memuncak
Namun, mereka tidak bisa melakukan apa–apa pada pria idiot itu. Jadi, mereka
hanya bisa terus memaksa Luna sekeluarga untuk mengembalikan mobil dan
mengganti rugi uang..
Namun, uang dua puluh miliar itu tidak boleh diambil dari dana milik Grup Agune Makmur, melainkan Luna harus pergi meminjam uang sendiri.
Walaupun sekarang Luna sudah memegang kekuasaan terbesat Grup Agung
Makmur, tetapi di mata mereka hanya sementara waktu saja.
Cepat atau lambat mereka akan merebut kekuasaan Luna dan menyingkitkan
wanita itu.
“Luna, jangan keras kepala lagi Cepat kembalikan mobil dan bayar ganti ruginy
Orang seperti Billy bukanlah orang yang bisa kita provokasi.”
Desi sudah ketakutan setengah mati. Dia memelototi Ardika.
Dia tahu hal ini tidak sesederhana kelihatannya. Kali ini, Ardika pasti membawa
masalah untuk keluarga mereka Ingi!
Luna menggigit bibirnya. Setelah ragu cukup lama, dia juga sadar Billy bukanlah seseorang yang bisa mereka provokasi. Dia berencana untuk menyetujui persyaratan Tarno dan menyelesaikan masalah ini.
“Oke, kami akan mengembalikan mobil….”
Sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, ucapannya disela oleh suara
seseorang.
“Blokade Showroom Mobil Neptus juga!”
Saat ini, Ardika sudah mengeluarkan ponselnya, menghubungi sebuah nomor, serta
melontarkan satu kalimat itu tanpa ekspresi.
Semua orang di tempat itu menatap Ardika dengan tatapan kebingungan.
Mereka tidak mengerti dia menelepon siapa, tetapi mereka beranggapan ucapannya
benar–benar di luar nalar.
Showroom Mobil Neptus sudah berdiri selama belasan tahun, merupakan
distributor mobil terbesar di Kota Banyuli, hampir memonopoli transaksi semua
merek mobil di pasaran Kota Banyuli.
Latar belakang showroom itu sangatlah besar.
Ardika ingin memblokade Showroom Mobil Neptus hanya dengan satu kalimat?
“Huh, dasar Ardika sialan! Sepertinya penyakitmu kumat lagi! Kulihat bagaimana
kamu bisa memblokade Showroom Mobil Neptus!”
“Hari ini kalau bukan karena Tuan Muda Liander turun tangan membantunya, pagi
ini dia pasti sudah dibunuh oleh orang–orang Showroom Mobil Neptus. Kalau idiot
ini bisa memblokade Showroom Mobil Neptus, aku juga bisa memblokade kediaman
wali kota….
Dimulai oleh Wisnu dan Wulan, anggota Keluarga Baangita lainnya juga ikut mengejek Ardika.
Tidak ada seorang pun yang menganggap serius ucapan Ardika,
Luna, cepat kembalikan mobil dan bayar uangnya! Jangan sampai Keluarga.
Basagita terseret dalam masalah ini!”
Tuan Besar Basagita tidak memedulikan Ardika. Setelah melontarkan satu kalimat Content protected by Nôv/el(D)rama.Org.
dingin itu, dia langsung berbalik dan pergi.
Orang–orang lainnya mengikutinya dari belakang.
“Kak, menurutmu setelah Luna mengembalikan mobil, apa kita sudah mengambil.
mobil kita?”
Sebelum pergi, Wulan sengaja mengucapkan satu kalimat itu dengan meninggikan.
suaranya.
Wisnu terkekeh dan berkata, “Tentu saja, memang kita yang memesan mobil. Apa yang ditakdirkan menjadi milik kita akan tetap menjadi milik kita!”
“Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi ke showroom dan membicarakan hal ini
baik–baik kepada Pak Tarno. Setelah Luna mengembalikan mobil, kita sudah bisa
mengambilnya.”
Selesai berbicara, Wulan mengeluarkan ponselnya dan menelepon David, meminta
pria itu untuk pergi ke showroom.
Tak lama kemudian, mereka bertiga sampai di depan showroom.
Mereka baru saja berniat melangkahkan kaki ke dalam showroom.
Saat ini, tiba–tiba terdengar suara sirene mobil polisi yang sangat jelas dari kejauhan.
Tak lama kemudian, satu per satu mobil polisi melaju ke showroom dan mengepung
pintu utama showroom
Melihat pemandangan itu, semua staf Showroom Mobil Neptus pun tercengang. Tidak ada seorang pun yang berani membuka pintu.
Sesaat kemudian, Tarno selaku manajer umum showroom bergegas berjalan keluar.
Sambil memasang ekspresi dingin, dia berkata dengan arogan, “Siapa yang
mengizinkan kalian mengepung pintu utama showroom dan mengganggu kami berbisnis? Siapa ketua kalian? Cepat keluar dan temui aku!“