Bab 225
Bab 225 Romi Bukan Apa–Apa
*Ardika, aku pikir orang yang kamu cari sehebat apa, ternyata seorang pecundang!”
“Berpura–pura ganas seperti itu hanya bisa menggertak orang biasa seperti kami, tapi nggak ada gunanya untuk menghadapi orang sekejam Alvaro.”
Begitu mendengar ucapan Romi, Darius dan istrinya mulai melontarkan sindiran pada Ardika.
Tadi, mereka benar–benar ketakutan setengah mati karena aura menakutkan Romi, mereka bahkan sempat mengira pria itu benar–benar tokoh yang hebat.
Namun, siapa sangka baru masuk beberapa menit saja, orang yang tadinya membuat orang ketakutan setengah mati itu malah sudah keluar dengan ekspresi menyedihkan seperti ini.
Begitu mendengar ucapan sepasang pria dan wanita paruh baya itu, saking kesalnya Romi kembali melayangkan dua tamparan keras ke wajahnya sendiri.
Dia tidak masalah dipermalukan seperti ini, tetapi sekarang Tuan Ardika juga ikut dipermalukan bersamanya.
Dia benar–benar merasa sangat bersalah.
Sambil tetap berlutut, dia berkata, “Tuan Ardika, aku akan segera memanggil semua anak buahku ke sini. Hari ini, aku pasti akan membuat bajingan bermarga Hartanto itu membayar harga mahal!”
“Tutup mulutmu! Di saat seperti ini, kamu masih berani membual!”
Susi melirik Romi dengan sorot mata meremehkan, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Ardika dan berkata, “Cepat suruh Luna bawa empat miliar ke sini untuk menyelamatkan putraku! Kalau sampai terjadi sesuatu dengan putraku, aku nggak akan melepaskan kalian
begitu saja!”
“Benar, kalau mobil sudah hancur, ya biarkan saja. Jangan sampai terjadi sesuatu pada putraku. Cepat telepon istrimu!” kata Darius sambil menarik lengan Ardika.
“Minggir sana!” seru Ardika dengan dingin.
Seolah–olah disambar petir, Darius langsung berdiri mematung di sana.
Tanpa melirik pria paruh baya itu, Ardika langsung masuk ke dalam Hotel Kapital Stando.
Dia tahu mobil Audi A4 itu adalah harta berharga Luna.
Sebelumnya saat mobilnya dirampas oleh Viktor, Luna sudah kesal setengah mati.
Kalau Luna sampai tahu mobilnya sudah dihancurkan dan tidak bisa digunakan lagi, dia pasti akan sangat sedih.
Dia akan mencari perhitungan kepada Alvaro secara pribadi!
“Hei, cepat telepon istrimu dan suruh dia bawa uang ke sini! Untuk apa kamu masuk ke dalam? Kalau pecundang sepertimu mau cari mati, jangan melibatkan putra kami!” teriak Susi dengan keras saat melihat Ardika hendak masuk ke dalam Hotel Kapital Stando.
“Plak!”
Romi langsung berdiri, melayangkan tamparan ke wajah wanita paruh baya itu, lalu berkata dengan sorot mata ganas, “Kalau kamu berani mengatai Tuan Ardika pecundang, aku akan membunuh kalian di sini!”
Begitu tamparan keras itu melayang di wajahnya, Susi langsung tercengang.
Darius yang sudah bereaksi buru–buru menarik istrinya pergi.
Sambil memegang wajahnya, Susi berteriak dengan kesal, “Bajingan yang memukulku tadi adalah anak buah Ardika. Nanti aku harus sekalian mencari perhitungan kepada pecundang itu!”
“Ya, nggak masalah, nanti kita baru bicarakan lagi. Ayo kita segera pergi ke Kediaman Keluarga Basagita dan meminta uang dari Luna untuk menyelamatkan putra kita!”
+15 BONUS
Sambil menarik istrinya, Darius buru–buru meninggalkan tempat itu.
“Suruh Geri dan yang lainnya ke sini!”
Tanpa memedulikan pasangan itu, setelah berpesan sepatah kata pada anak buahnya, Romi bergegas masuk ke dalam hotel.
Tempat perjudian Alvaro terletak di tempat parkir lantai dasar Hotel Kapital Stando.
Ada sebuah area yang sudah disulap menjadi tempat perjudian mewah.
Di parkiran di luar tempat perjudian, ada berbagai mobil mewah yang terparkir dengan rapi, sangat jelas bahwa orang–orang yang datang
berjudi di sini memiliki latar belakang tidak biasa.
Saat ini, semua tamu yang berkunjung di sana sedang bertaruh uang tanpa henti.
Sementara itu, di tengah area tempat perjudian, ada sebuah mobil Audi A4 yang sudah hancur berkeping–keping.
Sebelumnya, Alvaro, pemilik tempat perjudian ini tiba–tiba meminta seorang anak buahnya untuk mengendarai mobil itu ke sini, lalu menghancurkannya tepat di hadapan banyak orang.
Alvaro adalah seorang pria botak yang berumur sekitar tiga puluhan tahun.
Walaupun mengenakan setelan jas, tetapi dia memasang ekspresi arogan dan sekujur tubuhnya memancarkan aura menakutkan.
Saat ini, dia sedang mengisap cerutu sambil menikmati karya barunya. Dia bertepuk tangan dan berkata dengan suara keras, “Semuanya, silakan lanjut bersenang–senang. Nggak apa–apa, tadi hanya ada dua orang nggak tahu diri yang memintaku untuk mengembalikan mobil.
“Sialan, memang apa spesialnya sebuah mobil Audi A4? Aku menghancurkannya dengan tanganku sendiri sebagai pertunjukan untuk
memeriahkan suasana!” Text © by N0ve/lDrama.Org.
Orang–orang yang datang berjudi di sini tidak kekurangan uang. Jadi tidak ada seorang pun yang memedulikan mobil Audi A4 itu, yang menarik perhatian mereka adalah orang yang sebelumnya datang meminta mobil kepada Alvaro.
“Bos Alvaro, orang yang datang tadi adalah Romi, kepala preman yang belakangan ini sangat terkenal di Kota Banyuli. Kamu mempermalukan dia seperti itu, apa kamu nggak takut dia mencari perhitungan denganmu?” tanya seorang tamu dengan suara keras.
Kalau bukan karena takut menyinggung Alvaro, dia ingin meninggalkan tempat ini secepat mungkin.
Sebenarnya bukan hanya dia, banyak tamu lainnya juga khawatir Romi akan membawa anak buahnya ke sini untuk mencari perhitungan
kepada Alvaro.
Alvaro mencibir dan memasang ekspresi meremehkan.
Seto, anak buah Alvaro tertawa dengan keras dan berkata, “Memang siapa Romi? Di mata bos kami, dia bukan apa–apa. Jangankan dia, tadi seorang wanita yang bernama Tina juga menelepon bos kami untuk mengembalikan mobil. Apa kalian tahu siapa Tina?”