Menantu Pahlawan Negara

Bab 224



Bab 224 Mobil Sudah Dihancurkan

“Ah, aku pikir sudah punya seorang kakak ipar tokoh besar, ternyata aku sudah berpikir banyak,”

Dengan perasaan kecewa berat, Handoko berjalan pergi.

Melihat ekspresi adiknya, Luna merasa kesal sekaligus terhibur.

Namun, detik berikutnya, dia kembali mengkhawatirkan Ardika.

Dia hanya berharap sebelum Ardika sampai di tempat perjudian itu, Tina sudah selesai menangani masalah dengan Alvaro.

Di sisi lain, Ardika, Darius dan Susi sudah tiba di luar sebuah hotel.

*Alvaro meminta kami untuk ke sini dan menemui manajer hotel.”

Darius menunjuk ke arah hotel tersebut, lalu melirik Ardika dan berkata, “Hei, menantu pecundang Keluarga Basagita, apa kamu benar-

benar bisa menyelamatkan putraku?”

“Kalau sampai kata-kata kasar keluar dari mulutmu lagi, ajal pasti akan menjemput putramu di sini!” kata Ardika sambil melirik pria paruh baya itu dengan sorot mata dingin.

Dalam sekejap, Darius dan istrinya langsung marah besar.

Bagi mereka, Luna sekeluarga tidak lebih hanya alat pengambilan uang. Mereka sudah terbiasa memerintah Luna sekeluarga sesuka hati mereka.

Sebagai menantu kawin masuk Keluarga Basagita, tentu saja Ardika bukan apa-apa di mata mereka.

Namun, begitu mengingat perlakuan kejam Ardika saat berada di Vila Cakrawala tadi, mereka hanya bisa menahan amarah mereka.

Susi berkata dengan tidak senang, “Kenapa kamu mengulur-ulur waktu lagi di sini? Cepat masuk ke dalam! Baik menggantikan putraku kehilangan jari maupun menyerahkan uang sebesar empat miliar, aku nggak mau tahu kamu tetap harus mengeluarkan putraku dari tempat ini dalam tanpa terluka sedikit pun. Kalau sampai putraku kehilangan sehelai rambutnya saja, aku nggak akan melepaskan keluarga kalian begitu saja!”

Ardika tidak memedulikan dua orang tidak tahu malu itu.

Saat ini, dua mobil juga berhenti di depan pintu hotel

Romi dan beberapa anak buahnya keluar dari mobil, lalu berjalan menghampiri Ardika dan bertanya dengan hormat, “Tuan Ardika, apa yang bisa kami bantu?”

Walaupun Darius dan istrinya tidak tahu identitas Romi, tetapi melihat aura menakutkan yang terpancar dari tubuhnya, mereka tahu pria itu bukanlah orang yang bisa diprovokasi dengan mudah. (1)

Mereka tidak menyangka menantu pecundang Keluarga Basagita ini bisa membuat orang seperti itu tunduk padanya.

“Apa kamu sudah mengetahui dengan jelas latar belakang tempat perjudian ini?” tanya Ardika dengan santai.

Tadi, alasan mengapa Handoko tidak bisa menghubunginya adalah karena dia sedang menelepon Romi.

Karena ini adalah wilayah kekuasaan Romi, jadi dia langsung meminta Romi datang menyelesaikan masalah.

Hanya sebuah tempat perjudian, tidak perlu dia turun tangan sendiri.

Romi menganggukkan kepalanya dan berkata, “Ya. Pemilik tempat perjudian ini adalah Alvaro Hartanto. Hotel Kapital Stando ini juga miliknya. Di dalam hotel ini, dia membuka sebuah tempat perjudian. Alvaro punya seorang paman yang merupakan mantan raja preman

bernama Billy ….”

“Aku nggak tertarik untuk mengetahui latar belakangnya. Kamu temui dia dan minta dia mengembalikan mobil istriku.”

Sebelum Romi sempat menyelesaikan kalimatnya, Ardika langsung menyelanya.

Darius dan istrinya masih menunggu Ardika melanjutkan kalimatnya. Namun, siapa sangka Ardika hanya membahas tentang mobil.

Darius berkata dengan kesal, “Bagaimana dengan Viktor? Ardika, apa maksudmu? Putraku lebih penting atau mobil istrimu lebih penting?!”

Ardika meliriknya sejenak, lalu tertawa.

“Kalau begitu, aku jujur saja pada kalian. Nyawa putra kalian bahkan tidak dapat dibandingkan dengan ban mobil istriku.”

Pada akhirnya, dia berkata satu kata demi satu kata, “Bagaimana? Apa kalian puas dengan penjelasanku ini?”

Selama bertahun-tahun di medan perang, dia sudah sering melihat orang mati.

Berapa pun bajingan seperti Viktor mati, dia sama sekali tidak peduli.

Kata-kata yang keluar dari mulut Ardika ini adalah bentuk penghinaan besar pada Darius dan Susi.

Amarah Darius langsung meledak. “Kamu … kamu… kamu! Berani sekali menantu benalu sepertimu berbicara seperti ini pada kami!”

“Sudahlah, nggak perlu beromong kosong dengannya. Bocah idiot ini pengidap gangguan mental, nggak ada gunanya berbicara dengannya!”

Susi mengalihkan pandangannya ke arah Romi dan berkata dengan nada memerintah, “Cepat masuk ke dalam dan selamatkan putraku!”

“Hei, wanita tua bangka, berani sekali kamu memerintahku! Kamu pikir kamu siapa?!”

Ekspresi Romi langsung berubah drastis.

‘Dasar dua tua bangka ini! Mereka pikir mereka siapa?!’

Romi sudah dikenal sebagai orang yang kejam, aura kekejaman sudah mendarah daging dalam dirinya.

Begitu mendengar teriakan tajam Romi, sekujur tubuh Darius dan Susi langsung gemetaran, wajah mereka juga berubah menjadi pucat

pasi.

“Romi, lakukan saja tugasmu. Saat mengambil mobil, sekalian bawa Viktor keluar,” kata Ardika dengan acuh tak acuh.

Walaupun dia sangat membenci keluarga ini, tetapi dia juga tidak mungkin benar-benar membiarkan Romi menghabisi pasangan ini.

“Oke, aku pasti akan menyelesaikan tugas dari Tuan Ardika dengan baik!”

Romi membawa beberapa anak buahnya masuk ke dalam hotel.

Namun, tidak lama kemudian, dia berjalan keluar dengan ekspresi ketakutan.

Begitu berada di hadapan Ardika, dia langsung berlutut.

Ardika mengerutkan keningnya dan bertanya dengan suara rendah, “Ada apa?”

Dia tidak menyangka Romi tidak bisa menyelesaikan masalah sepele ini.

“Plak! Plak!”

Romi melayangkan dua tamparan di wajahnya sendiri dengan keras.

“Tuan Ardika, aku benar-benar nggak berguna. Aku adalah pecundang. Alvaro bukan hanya nggak mengembalikan mobil:Nona Luna, dia bahkan menghancurkan mobil itu tepat di hadapanku!”Content © NôvelDrama.Org 2024.

SURPERISE GIFT: 3000 bonus free for you,activity time is limited!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.