Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 684



Bab 684 Upstodatee from Novel(D)ra/m/a.O(r)g

Jesika sebenarnya tahu ini adalah kamar utama. Namun setelah mendengar perkataan Wandi, dia masih harus berpura–pura tidak bersalah.

“Maaf, aku nggak tahu ini kamarnya Kak Ellia. Aku hanya berpikir kamar ini menghadap ke arah yang bagus. Bisa melihat angsa–angsa di danau di seberang sana. Cahaya yang masuk juga bagus. Kupikir nggak ada yang menggunakan kamar ini.”

“Nggak masalah. Jika Ibu suka Ibu bisa tinggal di sini. Ke depannya Ibu adalah nyonya rumah di Keluarga Irwin. Benar, ‘kan, Yah?”

Saat mengatakan itu William mengangkat alisnya dan menatap Naufan. Namun Naufan tidak membalas ucapannya, dia malah melihat ke kamar yang masih sama seperti dulu.

Ellia–lah yang mendekorasi kamar pernikahan ini sesuai dengan selera Naufan. Hal ini membuat beberapa kenangan masa lalu muncul di pikiran Naufan.

“Rumah ini sangat besar dan ada banyak kamar kosong. Kamu juga bisa melihat pemandangan danau dari kamar di lantai atas. Nggak baik menempati kamar yang sudah ditempati orang lain.”

Sikap William sekarang sudah berubah menjadi sangat sombong. “Yah, apa Ayah sungguh berpikir ini hanya masalah kamar? Ini merupakan simbol identitas. Mulai sekarang nyonya rumah di Keluarga Irwin hanyalah Ibu. Apa Ayah masih merasa nggak cukup dengan semua penderitaan yang Ibu alami bersama Ayah selama ini? Sekarang Ayah malah nggak mau menerima kesempatan untuk mengakui identitas kami?”

Saat mendengar itu, Jesika pun mulai menangis. Dia menunjukkan ekspresi bahwa dia telah menderita

selama bersamanya.

“Jangan menangis, aku nggak ada maksud seperti itu. Aku hanya khawatir kamu nggak terbiasa tinggal

di kamar orang lain. Kalau kamu ingin tinggal di kamar ini, nggak masalah.”

Melihat akting ibu dan anak itu, Wandi hanya bisa menjulingkan matanya.

Dia sungguh tidak mengerti mengapa Tuan Muda Naufan bisa tergila–gila dengan wanita itu.

Sekalipun dia memiliki muka yang sangat tebal, ekspresi Naufan tetapi terlihat aneh ketika berkata

kepada Ellia, “Jesika suka kamar ini, apa kamu bisa memberikannya padanya?”

Eri yang sudah tidak tahan dengan sikap tiga orang itu langsung menyela, “Tuan Naufan, ada banyak kamar di rumah sebesar ini. Nggak kusangka sudah bertahun–tahun berlalu, tapi sikap Jesika masih

menyebalkan seperti ini. Apa pun yang disukai Nyonya, dia akan merebutnya. Sebelumnya pria, sekarang kamar. Apa ada yang salah dengan otaknya?”

“Aku …” Naufan sebenarnya juga merasa tindakan ini tidak tepat. Mengapa harus kamar ini dari begitu banyak kamar yang ada?

Jesika tidak keberatan, tetapi Naufan merasa muak berada di kamar ini. Namun, karena desakan istri dan anak, dia pun tidak bisa menolak.

Ellia mengangkat tangan untuk menghentikan Eri, “Eri, karena mereka suka, berikan saja pada mereka.”

“Nyonya! Bagaimana bisa diberikan begitu saja!” seru Eri yang merasa sangat kesal.

Setiap dekorasi di kamar ini dipilih dengan cermat oleh Ellia. Terutama barang–barang kolektor itu. Ellia sengaja membelinya melalui lelang untuk menyenangkan Naufan.

Ellia menghabiskan banyak uang untuk membuat sebuah kamar pernikahan yang hangat, tetapi pria itu tidak pernah melihat dengan saksama.

“Aku bisa menyerahkan seorang pria, jadi kenapa harus peduli dengan sebuah kamar?”

Ellia berkata dengan santai, “Naufan, kamu bisa gunakan kamar ini. Tapi semua barang–barang di dalamnya aku beli dengan harga mahal, kamu nggak keberatan kalau aku mengambilnya, ‘kan?”

Naufan mengira bahwa Ellia akan mengamuk, tetapi Ellia malah terlihat tenang dan tidak seperti Ellia yang dia kenal. Saat berbicara, dia merasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya, “Tentu

saja.”

Ellia menunjuk ke barang–barangnya sambil berkata, “Eri, panggil orang untuk mengeluarkan barang-

barangku. Malam ini aku akan tidur dengan Selena.”

“Baik, Nyonya. Apa koleksi–koleksi itu juga akan dipindahkan?”

Saat mengatakan itu, Eri masih sangat marah dengan Naufan. Asal tahu saja, pada saat itu Ellia tidak hanya menghabiskan banyak uang, tetapi juga waktu dan energi untuk mendapatkan setumpuk barang. berharga itu. Bahkan ketika Ellia sedang gila, Ellia tidak pernah menghancurkan barang– barang di

kamarnya sendiri.

“Nggak perlu. Simpan saja di gudang. Saat ada waktu aku akan melelangkannya dengan harga murah.

Uang dari hasil penjualan akan kuberikan ke Selena sebagai hadiah.”

Sekali lagi, Naufan melihat Ellia dengan ekspresi tidak percaya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.