Bab 276
Bab 276 Kamu Isi Harganya
Vila nomor sembilan Kompleks Vils Gempaka
Bejo masih berteriak dengan arogan, “Arimi, hari ini kam heras menetnataka tidor satu malam, maka aku akan melepaskan pria peliharaan itu. Kalau nypz, atas dasar dia sudah melukaiku, dia pasti akan nak akan tolos begitu sap.
Arini sama sekali tidak melirik Rey, dia malas untuk menanyppi pri
Dia tidak akan memberi tahu Bejo bahwa sebelumnya kidika pernah menggerakkan sepuluh ribu anggota Korps Taring Harimau dan anggota kepolisian Kota Banyol untuk menangkap semua preman di Kota Banyul
Dia juga tidak akan memberi tahu pria itu presdir misterius Grup Sentosa Jaya
adalah Ardik
Baik dalam hal kekuasaan maupun kekayaan, hey, sama sekali hokan apa–apa di
hadapan Ardika.
Jadi, di matanya, Bejo sedang cari mati sendin dengan mengap batas kesabaran
Ardiks.
Tepat pada saat ini, Mose, Kepala Bank Napindo sudah tiba di lokasi.
“Pak Mose, kenapa Bapak datang ke sini?
Bejo segera melompat berdiri dan menyambut atasannya Kemudian, sambal menunjuk Ardika, dia mengeluh dengan ekspresi marah, “Pak Mose, Bapak harus menegakkan keadilan untukku. Bocah itu yang memukulku hingga seperti ini! Lihat saya sendiri, darahku sampai sudah menetes
Mose menatap Ardika
Walaupun dia belum pernah bertemu Ardika, tetapi di tempat ini hanya ada tiga orang Jadi, tentu saja pria itu adalah Tuan Ardika
“Memangnya kenapa kalau darahmu menetes? Aku bahkan ingin menghajarmu hingga babak betur
Tanpa banyak berbicara lagi, Mose langsung menekan Bejo dan menghajarnya. hingga babak belur.
Mose meninju dan menendang pada saat bersamaan, sampai–sampai Bejo
melindungi kepalanya dan meringkuk di lantai sambil mengerang kesakitan. Sesaat kemudian, pria gemuk itu benar–benar sudah babak belur.
Melihat pemandangan itu, bahkan Arini pun tercengang. This content belongs to Nô/velDra/ma.Org .
Walaupun dia tahu Bejo pasti akan mengalami kesialan, tetapi dia tidak menyangka
begitu sampai di sini, Kepala Bank Napindo langsung turun tangan ‘sendiri
menghajar Bejo.
Adapun mengenai Bejo sendiri, dia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang
terjadi.
“Dasar sialan! Berani sekali kamu menyinggung Tuan Ardika!”
Pada akhirnya, Mose menendang Bejo dengan keras. Kemudian, dengan napas
terengah–engah, dia berjalan menghampiri Ardika dan membungkukkan badannya
di hadapan pria itu.
“Tuan Ardika, namaku Mose, Kepala Bank Napindo. Aku sudah membawa berbagai dokumen yang berhubungan dengan vila nomor sembilan ini beserta draf
perjanjian. Silakan tandatangani, maka vila nomor sembilan ini akan menjadi milik
Tuan. Di bagian harga, Tuan isi saja sesuka hati Tuan!”
Mose melambaikan tangannya kepada asistennya. Melihat lambaian tangan
atasannya, asisten itu segera menyerahkan dokumen perjanjian kepada Ardika.
Saat ini, Bejo yang sudah tergeletak seperti anjing mati itu pun membelalak kaget.
“Harga diisi sesuka hatinya?‘
‘Isi dua ribu juga boleh?‘
‘Astaga, sebenarnya siapa Tuan Ardika ini?!‘
Arini sendiri juga agak terkejut.
Bagaimanapun juga, Bank Napindo memiliki pendukung yang kuat. Walaupun
Ardika adalah presdir Grup Sentosa Jaya, tetapi Mose selaku Kepala Bank Napindo sepertinya terlalu merendahkan dirinya di hadapan Ardikn.
Tepat pada saat Arini masih tercengang, Ardika sudah selesai menandatangani dokumen tersebut, lalu menyerahkan dokumen kepadanya dan berkata, “Karena kamu yang membayar vila ini, kamu yang isi harganya.”
Arini teringat ucapan Mose barusan. Pria itu mengatakan bagian harga bisa dil
sesuka hati.
Namun, setelah ragu sejenak, dia tetap menuliskan 160 miliar.
Uang sebesar 160 miliar ini adalah batas maksimal uang yang bisa dikeluarkannya. Sejak awal, dia sudah mempersiapkan diri untuk mengeluarkan uang ini.
Selama bisa membuat Ardika puas atas kinerjanya, ke depannya dia masih bisa menghasilkan uang itu lagi.
Melihat nominal yang ditulis oleh wanita itu, Ardika berkata dalam hati, ‘Hmm, cukup jujur.”
Uang sebesar 160 miliar ini adalah kompensasi yang wajib Arini berikan kepada Keluarga Darma.
Di bawah tekanan kekuasaan besar, mungkin saja penyesalan yang tulus hanya kepura–puraan belaka.
Jadi, Ardika hanya memercayai kompensasi dalam bentuk nyata seperti uang.
Setelah mengisi kolom harga dalam dokumen, tanpa dia sadari, dia melihat tanda tangan Ardika.
Sekali lagi, dia tercengang.
Nama yang tercantum bukanlah Ardika, melainkan Raka Darma.
Tiba–tiba, dia teringat rumor yang beredar dua hari ini.
Menurut rumor yang beredar, saudara Delvin yang bernama Raka merebut Grup Kejora dari tangan tiga keluarga besar dan bersiap mengganti namanya menjadi Grup Bintang Darma.
Ternyata Raka adalah Ardika!
Ardika tidak hanya menghukum teman–teman sekelas yang kali itu telah menuduh Delvin, melainkan juga mencari tiga keluarga besar untuk membalas dendam!