Menantu Pahlawan Negara

Bab 238



Bab 238 Mobil Ini Menjadi Milikku

Fio menceritakan kejadian di hotel kala itu kepada Wisnu.

“Sebenarnya, awalnya kami benar–benar sudah ditakut–takuti olehnya. Tapi, makin lama aku memikirkannya, aku makin merasa ada yang nggak beres. Bagaimana mungkin dia yang masih begitu muda adalah tokoh hebat pasukan khusus?”

“Oh ya, Pak Hendy, manajer Hotel Puritama adalah ayah Aldi. Orang itu juga benar–benar bodoh, dia bahkan tertipu dengan trik rendahan seperti itu.”

*Jadi, semalam aku menelepon Handoko untuk mencari kebenaran hal ini. Karena dia tahu nggak bisa menyembunyikan kebenaran hal ini lebih lama lagi, dia pun berinisiatif untuk memberitahuku kebenaran ….”

Fio berusaha keras menunjukkan seolah–olah dia adalah wanita yang sangat cerdas di hadapan Wisnu.

Dia beranggapan bahwa tuan muda keluarga kaya seperti Wisnu pasti menyukai wanita yang cantik dan cerdas, bukan wanita yang tidak bisa apa–apa.

Jadi, dia berbicara seolah–olah “kebenaran” yang sesungguhnya Handoko beri tahu padanya sebagai hasil pemikirannya sendiri.

Benar saja, Wisnu langsung memujinya, “Fio, kalau bukan karena kamu memberi tahu kami, kami bahkan nggak tahu idiot ini berpura–pura menjadi pemilik Hotel Puritama. Untung saja kamu pintar, nggak tertipu trik rendahannya!”

“Dia memang sudah terbiasa menipu orang. Karena itu pula, Keluarga Basagita tertimpa banyak masalah.”

“Dia nggak memiliki posisi apa pun di Keluarga Basagita, hanya kakak Handoko yang menganggapnya sebagai harta karun.”

Wulan juga ikut dalam pembicaraan itu. Dua bersaudara itu terus mengatakan hal–hal yang buruk tentang Ardika, mengekspos ” kebohongan” pria itu.

Mengolok–olok Ardika adalah hal yang paling menyenangkan bagi mereka.

Setelah mendengar ucapan mereka, Fio baru tahu ternyata sebelumnya Ardika juga sudah sering “berbohong“.

“Aku benar–benar nggak menyangka, di dunia ini ada orang yang begitu menjijikkan!”

Dia mengalihkan sorot mata meremehkannya dari Ardika menuju ke Handoko, lalu berkata, “Handoko, apa kakak ipar seperti ini yang selama ini kamu pamerkan kepada kami? Sekarang semua teman– teman kita sudah tahu dia adalah penipu. Kamu bisa bilang apa lagi?”

Setelah Handoko memberitahunya kebenaran semalam, dia langsung memberi tahu teman–teman sekelas mereka.

Handoko menundukkan kepalanya dengan malu, dia ingin sekali ditelan bumi.

Dia menarik–narik lengan Ardika dan berkata, “Kak Ardika, ayo kita pergi. Aku nggak ingin melihat mobil lagi.”

Walaupun Ardika diejek oleh orang–orang itu sebagai penipu yang sudah memiliki banyak kasus “kebohongan“, tetapi dia juga tahu kakak iparnya itu sama sekali tidak pernah mengatakan diri sendiri sebagai tokoh hebat pasukan khusus.

Kala itu, saat berada di Hotel Puritama, teman–temannya yang mengatakan hal itu.

Ardika tidak sengaja membohongi mereka, jadi Handoko tidak menyalahkan kakak iparnya.

Namun, kakak iparnya bukan seorang tokoh hebat dan tidak memiliki uang untuk membeli mobil balap adalah fakta.

Kalau mereka tetap berada di sini, hanya akan mempermalukan diri mereka sendiri.

“Untuk apa kita pergi sekarang? Kita masih belum membeli mobil.”

Sebenarnya, Ardika sama sekali tidak memedulikan ucapan Wisnu dan beberapa orang lainnya.

Namun, dia menyadari sorot mata kekecewaan dan rendah diri di mata Handoko.

Dia tidak peduli orang lain memandang rendah dirinya.

Dia, Ardika bukanlah seseorang yang memedulikan pandangan orang lain.

Namun, dia tidak ingin kepercayaan diri yang baru dibangun dalam diri Handoko hancur dan hilang tanpa meninggalkan jejak karena

ejekan Wisnu dan yang lainnya.

Karena itulah, Ardika mengalihkan pandangannya ke arah pelayan toko dan bertanya, “Apa ada Ferrari 488? Aku akan membelinya sekarang.”

Saat Wisnu dan yang lainnya berbicara, pelayan toko itu mendengar dengan sangat jelas. Jadi, saat ini dia berkata dengan acuh tak acuh,” Ada, tapi Tuan Wisnu sudah memesannya terlebih dahulu. Hari ini dia datang untuk mengambil mobil. Setelah melewati berbagai prosedur dan pemeriksaan, dia sudah bisa membawa mobil itu pergi.”

“Ardika, apa kamu berbicara seperti itu karena tahu Ferrari 488 hanya ada satu dan Wisnu sudah memesannya terlebih dahulu?”

“Untuk apa kamu berlagak hebat di hadapan kami? Kami sudah tahu karakter aslimu.”

Mendengar sindiran tajam Wulan pada Ardika, David dan Fio tertawa terbahak–bahak.

“Ardika, bagaimana kalau setelah aku mengambil mobil itu, aku pinjamkan kepada Handoko sebentar? Tapi, sebagai kakak iparnya, kamu harus berlutut dan belajar suara anjing menggonggong untuk menyenangkan hatiku ….”

Wisnu memasang ekspresi bangga.

Tanpa melirik pria itu sama sekali, Ardika berkata dengan nada tegas, “Mulai sekarang, mobil Wisnu menjadi milikku!”

SURPERISE GIFT: 3000 bonus free for you,activity time is limited!Contentt bel0ngs to N0ve/lDrâ/ma.O(r)g!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.