Menantu Pahlawan Negara

Bab 201



Bab 201 Menagih Utang Secara Pribadi

Kesabaran Diego sudah terkuras habis.

Dia ingin membuat Luna benar-benar menemui jalan buntu dan menghancurkan Grup Agung Makmur secepatnya!

“Ayo kita pergi lihat bersama-sama bagaimana penampilan putus asa wanita yang terkenal cantik di Kota Banyuli itu. Kupikir pasti sangat menarik!”

Diego membawa bawahannya meninggalkan Bank Banyuli dengan bangga, seolah-olah sudah memenangkan sesuatu hal yang luar biasa.

Di Grup Agung Makmur.

“Vania, berapa banyak lagi utang kita pada bank-bank besar?” tanya Luna yang sedang bersandar di kursi kerjanya pada asistennya sambil memijat-mijat pelipisnya.

Pandangan para pengguna media sosial padanya sudah berubah, Claudia juga sudah menerima hukuman yang setimpal akibat mengkhianatinya, tetapi dia sama sekali tidak merasa senang.

Bagi wanita cantik ini, saat ini uang jauh lebih penting dibandingkan hal lainnya.

Selain karyawan dalam jumlah besar meninggalkan perusahaan, karyawan yang masih bertahan di perusahaan juga gelisah.

Anggota Keluarga Basagita sibuk memutuskan hubungan dengan Grup Agung Makmur, mereka sama sekali tidak memedulikan kondisi perusahaan ini.

Di lokasi konstruksi, dengan bantuan penanggung jawab proyek seperti Zico dan yang lainnya, proses pembangunan masih berlangsung

normal.

Namun, kali ini uang sebesar 20 miliar yang dikembalikan oleh Jinto sudah terkuras habis.

Tanpa uang, cepat atau lambat proses pembangunan akan terhenti.

Sementara itu, setelah berita tentang bank-bank besar memutuskan pinjaman kepada Grup Agung Makmur, semua distributor yang bekerja dengan perusahaan mulai menagih utang.From NôvelDrama.Org.

Saat ini, Grup Agung Makmur sedang menghadapi krisis yang belum pernah dihadapi sebelumnya.

Seperti lima tahun yang lalu saat Jacky, ayahnya mengalami kecelakaan, keadaan Grup Agung Makmur kacau balau.

“Bu Luna, berikut adalah rincian utang pinjaman perusahaan pada bank, yaitu Bank Banyuli 100 miliar, Bank Sejahtera 340 miliar, Bank Napindo 180 miliar, Bank Konstruksi 140 miliar ….”

Vania, asisten Luna, membuka dokumen dalam genggamannya dan mulai melaporkan rincian utang pinjaman perusahaan pada bank. Wanita ini adalah salah satu dari segelintir orang kepercayaan Luna.

Setelah Axel, Tino yang merupakan direktur departemen keuangan sebelumnya mengundurkan diri, sekarang dia yang menduduki posisi

itu.

“Terlepas dari Diego memerasku sebesar 800 miliar, utang pinjaman Grup Agung Makmur saja sudah lebih dari 800 miliar!”

Makin lama kepala Luna terasa makin sakit, bahkan dia sudah mulai putus asa.

Setelah bank-bank besar menyatakan memutuskan pinjaman pada perusahaannya, Luna tidak bisa berharap mendapat pinjaman dari bank lagi.

Dia juga pernah berpikir untuk meminjam uang dari perusahaan lain.

Namun, setelah Grup Agung Makmur tertimpa masalah ini, reputasi perusahaan sangat buruk. Siapa lagi yang berani meminjam uang untuk Grup Agung Makmur?

‘Apa mungkin kali ini Grup Agung Makmur benar-benar nggak punya kesempatan untuk membalikkan keadaan lagi?’

Dari tadi, Ardika hanya duduk di sofa sambil mengamati ekspresi istrinya. Saat ini, dia bangkit dari sofa, menuangkan segelas air hangat. lalu menyodorkannya ke hadapan Luna.

+15 BONUS

“Sayang, jangan patah semangat, jangan putus asa. Krisis ini pasti akan berlalu,” kata Ardika sambil menepuk-nepuk pundak istrinya dengan lembut.

Luna hanya menanggapinya dengan “hmm”.

Tepat pada saat ini, seorang karyawan mengetuk pintu ruang kerjanya dan masuk ke dalam ruangan. “Bu Luna, kepala bank dari bank- bank besar Kota Banyuli datang berkunjung ke Grup Agung Makmur secara pribadi. Mereka memintamu turun ke lantai bawah untuk

menemui mereka!”

Luna terkejut bukan main.

Ardika mengerutkan keningnya dan berkata pada karyawan itu, “Kamu beri tahu mereka, kalau mereka ingin bertemu istriku, naik saja

sendiri ke sini!”

Namun, Luna langsung keluar dari ruangan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Ardika tidak punya pilihan lain selain mengikuti istrinya dari belakang.

Saat mereka turun ke lantai bawah, mereka melihat pintu Grup Agung Makmur sudah dikerumuni oleh orang-orang.

Begitu melihat Luna turun, para wartawan langsung mengarahkan kamera dan memotret tanpa henti.

Saat ini, beberapa orang pria paruh baya yang mengenakan setelan jas berjalan memasuki ruangan.

Mereka tidak lain adalah kepala bank-bank besar Kota Banyuli.

“Bu Luna, kapan kamu akan membayar utang pinjaman sebesar 340 miliar pada Bank Sejahtera?” tanya Retno, Kepala Bank Banyuli

dengan suara dalam.

“Utang pinjaman 180 miliar pada Bank Napindo.”

“Utang pinjaman 140 miliar pada Bank Konstruksi.”

Kepala bank lainnya juga mulai menanyakan kapan Luna akan membayar utang pinjaman pada bank mereka.

Kepala bank-bank ini datang secara pribadi untuk menagih utang pada Grup Agung Makmur!

Dalam sekejap, suara bunyi “klik” kamera makin cepat dan sorot kamera ke arah Luna makin terang, sehingga membuat wajahnya berubah

menjadi pucat pasi.

Luna menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, “Pak Retno, bukankah belum sampai batas pembayaran utang pinjaman Grup Agung Makmur? Bapak sendiri juga tahu, sekarang Grup Agung Makmur sedang mengalami kesulitan. Bisakah Bapak kembali dulu? Grup Agung Makmur akan melunasi semua utang pinjaman sebelum batas waktu tiba!”

Dia juga mengutarakan hal yang sama kepada kepala bank lainnya.

“Haha. Bu Luna, apa kamu sedang bercanda? Kami mengetahui dengan jelas berapa jumlah uang yang ada di dalam rekening Grup Agung Makmur. Kemungkinan kalau semua jumlahnya ditambahkan juga masih kurang dari 60 miliar. Bagaimana mungkin Grup Agung Makmur bisa membayar utang sebesar ratusan miliar?”

Tepat pada saat ini, tiba-tiba Diego, presdir Bank Banyuli melewati kerumunan orang-orang dan melangkahkan kakinya memasuki Grup Agung Makmur dengan santai.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.