Bab 177
Bab 177 Kepala Keluarga Tiga Keluarga Besar
Oliver Lukito, Jesper Hamdani dan Dion Santosa.
Ada orang yang mengatakan kepala keluarga tiga keluarga besar ini
merupakan wali kota Banyuli yang sesungguhnya.
yang
+15 BONUS
Dalam proses mengatur dan mengembangkan Kota Banyuli, Ridwan harus
menghadapi mereka dalam berbagai aspek.
Tanpa persetujuan dari mereka, dia tidak bisa menjalankan rencananya!
Sementara itu, ketiga orang ini sangat kompak, tidak ada kemungkinan untuk
memisahkan mereka..
Karena itulah, Kota Banyuli tidak bisa terlepas dari kendali tiga keluarga besar ini.
“Di hari yang sama, Kelab Gloris dihancurkan dan Hotel Bemollo tertimpa masalah. Kedua hal ini berhubungan dengan Keluarga Basagita, benar-benar aneh!”
Melihat ekspresi muram kedua temannya, walaupun Keluarga Santosa tidak
tertimpa masalah, Dion sama sekali tidak merasa senang atau bersyukur.
Dia malah merasa sangat terkejut.
“Terutama masalah yang menimpa Hotel Bemollo ini, benar-benar mengejutkan. Pasukan Khusus Serigala sudah sampai beraksi, kerugian yang dialami oleh Keluarga Hamdani pasti sangat besar, ‘kan?”
Dia mengalihkan pandangannya ke arah Jesper yang daritadi tampak muram.
Kejadian yang menimpa Keluarga Lukito tidak terlalu buruk. Hanya Kelab Gloris yang dihancurkan, sedangkan Melia baik-baik saja.
Namun, Renaldi yang merupakan cucu andalan Jesper sudah dalam kondisi koma.
Tidak perlu diragukan lagi, saat ini hati Jesper sudah diselimuti niat membunuh
yang kuat.
“Sebelumnya, Keluarga Hamdani mempekerjakan banyak pelaku kriminal. Demi menyembunyikan hal ini, mereka ditempatkan di dalam Hotel Bemollo. Tapi
sekarang, mereka semua sudah mati!” kata Jesper dengan dingin.Text © by N0ve/lDrama.Org.
Oliver juga menganggukkan kepalanya dan berkata, “Kelab Gloris juga memelihara empat puluh orang seperti itu. Kali ini, mereka semua sudah dilumpuhkan.”
Memelihara petarung dan mempekerjakan pelaku kriminal adalah tindakan yang ilegal. Namun, bagi keluarga besar hal seperti ini adalah hal yang wajar, jadi mereka tidak menyembunyikannya.
“Apa kejadian-kejadian ini ada hubungannya dengan bocah bermarga Mahasura itu?
tanya Dion dengan suara rendah.
Jesper menggelengkan kepalanya dan berkata, “Bukan dia orangnya. Ada dual
anggota Korps Taring Harimau yang bertugas melindungi seorang atasan mereka di dalam hotel. Pada akhirnya, mereka malah diserang oleh anak buah kami sampai-
sampai mendatangkan Pasukan Khusus Serigala. Anggota Pasukan Khusus Serigala
juga sudah menyampaikan hal ini secara terbuka. Tapi, kalau bukan karena Luna,
hari ini cucuku nggak akan pergi ke Hotel Bemollo dan nggak akan menjadi seperti
ini!”
Pria tua itu menggertakkan giginya dengan kesal, dia mulai membenci Luna.
Oliver berkata, “Aku sudah menyelidiki dengan jelas. Enam orang yang
menghancurkan Kelab Gloris adalah enam jenderal perang yang merupakan anak buah Romi. Mereka berenam adalah prajurit yang baru kembali dari medan perang.
nggak ada hubungannya dengan pasukan khusus. Tapi, memang benar Ardika yang
menelepon mereka untuk datang ke Kelab Gloris.”
Setelah selesai mencocokkan informasi yang mereka miliki, akhirnya mereka
mendapat satu kesimpulan.
Walaupun dua kejadian ini ada hubungannya dengan Ardika, tetapi Ardika bukan
dalang di balik segalanya.
“Kalau begitu, pendukung Ardika adalah Romi. Ah, dia sama sekali bukan apa-apa.
Walau kali ini Romi sudah mendapat keuntungan besar dengan menjadi satu-
satunya kepala preman berkuasa di dunia preman bersama si Gigi Emas. Tapi, di
Kota Banyuli, masih ada orang yang bisa menundukkan mereka,” kata Dion yang
sudah merasa agak lega.
Bagi tiga keluarga besar, seorang kepala preman sama sekali bukan apa-apa.
Walaupun amarahnya sedang membara, tetapi Jesper tetap berusaha tetap tenang
dan berpikir secara logika.
Dia berkata, “Dion, Romi memang bukan apa-apa, tapi kita nggak bisa menganggap remeh pendukungnya. Dia berani menghancurkan Kelab Gloris, itu artinya pendukungnya itu nggak takut pada tiga keluarga besar.”
“Apa maksudmu orang itu adalah Henry?”
Dua orang lainnya mengerutkan kening mereka.
Karena latar belakang Henry sangat misterius dan kemampuannya bangkit kembali sangat cepat, tiga keluarga besar selalu menjaga jarak normal dengannya.
Namun, sekarang pemuda itu baru saja menghancurkan Grup Susanto Raya, seolah- olah berencana untuk mengincar mereka.
“Huh, kalau pemuda bermarga Hutapea itu berani mengincar keluarga kita, sudah saatnya kita menemaninya bermain dengan serius!”