Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 727



Bab 727

Selena tidak tahu apa yang akan terjadi. Dia hanya berbaring di kasur rumah sakit saat Lewis masuk membawakan sekotak makanan. Content property of NôvelDra/ma.Org.

“Kak Lewis, aku nggak bisa makan.”

“Tetap harus makan meski cuma sedikit. Tubuhmu sekarang sangat lemah, kamu harus memperkuat daya tahan tubuhmu untuk melawan sel kanker. Ini, ayo minum sedikit sup tim ayam.”

Lewis tidak memberitahu Selena bahwa ini adalah masakan yang sengaja Harvey masak untuknya, karena kalau Selena tahu, dia pasti tidak akan memakannya.

Selena tidak menolak niat baik Lewis dan berkata, “Kak, aku ‘kan lupa ingatan, coba kakak cerita tentang

masa lalu.”

Lewis belum pulih dari kabar tentang Selena yang amnesia, pantas saja Selena bersikap aneh dalam

dua pertemuan terakhir.

“Kok bisa lupa ingatan?”

Di mata Selena, semua perkataan Harvey adalah kebohongan semata. Tidak ada sepatah kata pun dari

perkataannya yang bisa dipercaya.

“Nggak penting. Apa Kak Lewis bisa kasih tahu, dulu aku orang yang seperti apa?”

Lewis juga tidak banyak bertanya dan menjawab, “Kamu itu… Dari kecil sudah sangat hebat bahkan. bisa lompat kelas beberapa kali. Kamu sudah mulai kuliah sebelum umur 18 tahun lho, sampai dijuluki si jenius. Aku sudah sudah tahu tentangmu begitu masuk sekolah. Waktu itu kamu bersinar seperti matahari, dosen pembimbingku bilang kamu adalah mahasiswa paling berbakat yang pernah dia temui. Ke depannya kamu pasti akan memberi kontribusi besar dalam dunia kedokteran, şayangnya

“Sayangnya apa?”

“Sayangnya kamu mengorbankan pendidikanmu demi seorang pria.”

Selena agak terhenyak mendengar fakta inl. Entah kenapa dia merasa hanya orang dimabuk cinta yang

bisa melakukan hal seperti itu. “Apa pria Itu Harvey?”

“Ya. Tapi waktu itu kalian menikah diam–diam, nggak ada orang yang tahu kamu itu istrinya. Beberapa tahun kemudian, aku bertemu denganmu lagi di rumah sakit. Ayahmu sakit parah dan kamu sering

datang ke rumah sakit sampai akhirnya kamu sendiri juga sakit.”

Selena menatap mata Lewis dengan lembut dan bertanya, “Apa dulu aku cinta banget sama dia?”

“Cinta mati sampal merasuk ke tulangmu, sampai membuatku merasa … rendah diri,” Jawab Lewis dengan jujur.

“Dia pasti sudah sering sekali menyakitiku, “kan?”

Lewis tidak bisa memberikan penilaian antara hubungan mereka sebagai suami–istri, jadi dia menjawab, “Intinya semua itu cuma masa lalu. Mungkin bukan hal buruk juga kalau kamu lupa. Selena, sekarang yang penting kamu harus sembuh.”

“Kak Lewis, menurutmu aku masih bisa hidup berapa lama dengan kondisi seperti ini? Aku tahu persis kondisiku. Jadi, tolong bantu aku untuk mengurus proses keluar dari rumah sakit.”

Lewis menggeleng. “Kamu ini masih sama saja seperti dulu. Amnesia atau nggak, kamu tetap mengambil pilihan yang sama.”

Lewis tidak memberitahu Selena bahwa Harvey telah membuat keputusan untuknya menjalani kemoterapi. Baik dua tahun yang lalu maupun sekarang, mereka tidak bisa berbuat apa–apa menghadapi Harvey yang sangat kuat.

Lewis tahu Selena akan khawatir kalau tahu hal ini, jadi dia dengan sabar menenangkan Selena..

Selena menyesap sup tim ayamnya dan tiba–tiba berhenti. Lewis langsung menoleh dan bertanya.

Kenapa?”

“Sup ini …”

“Oh, ini dari Keluarga Irwin, mungkin ibu mertuamu yang memasaknya untukmu.”

Selena tidak bisa berkata–kata, yang jelas sup ini terasa sangat familier sampai muncul banyak emosi

yang rumit di dalam hatinya.

Saat ini, seorang suster datang membawa tas obat. Selena pun mengernyit, “Bukannya porsi obat pagi

sudah disuntik semua?”

Lewis tidak pandal berbohong, Jadi dia membuang muka sambil menjawab, “Ya, yang ini untuk obat anti

peradangan dan untuk menghentikan pendarahan.”

Tatapan Selena seketika menjadi tajam dan ekspresinya berubah drastis.

“Menghentikan pendarahan dengan paclitaxel? Kak Lewis, Jangan lupa aku ini belajar kedokteran juga.

Ini semua obat kemoterapi, “kan?”

Paclitaxel adalah obat anti kanker yang cukup efektif, diekstraksi dari kulit pohon Taxus dan memiliki efek samping yang relatif kecil.

Lewis menghela napas tidak berdaya dan menjawab, “Hahh, sudah kuduga nggak bisa menipumu. Benar, ini obat kemoterapi.”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.