Bab 682
Bab 682
Kediaman Keluarga Irwin mengalami perubahan yang luar biasa. Ketika William keluar dari ruang baca, Wandi mengikutinya dan dia terlihat sangat bangga.
Saat ini, Ellia terjebak dalam drama cinta segitiga dan tidak bisa keluar. Jesika terus berulah, sedangkan Nautan masih berperilaku patriarki, dia menarik tangan Ellia sampai membuat Ellia marah,
Ellia dengan keras menampar Naulan. Naulan pun tercengang dan terheran–heran mengapa Ellia yang sudah lama tidak bertemu ini berani menamparnya.
Tindakan itu membuat Jesika sangat marah. Jesika ingin melindungi Harvey dan menyerang Ellia seperti orang gila.
Keadaan rumah sangat kacau. Dua wanita itu saling menjambak dan para pelayan tidak berani ikut campur.
Hanya Eri yang dengan cepat menghampiri dan mendorong Jesika sampai jatuh ke lantai. Jesika langsung menangis karena kesakitan. Suasana pun menjadi semakin kacau.
Kemudian William muncul dan berkata, “Bibi Ellia, minta maaf pada ibuku.”
Ellia mendengar kata–kata itu ketika dia sedang merapikan rambutnya. Kemudian, dia perlahan–lahan menengadah dan melihat ke arah William.
Dia sangat jarang melikat William. Kesannya pada William masih berhenti pada saat William masih kecil Saat itu, William hanya bersembunyi di belakang Jesika.
Dia menatap wajah William. Ada sedikit kemiripan dengan Harvey yang terlihat dingin dan lembut, tetapi lebih banyak kelicikan seperti ibunya.
“Minta maaf? Apa dia pantas menerimanya?” ujar Ellia sambil merapikan gaunnya dengan acuh tak acuh.
William pertama–pertama menenangkan Jesika, lalu berbalik menatap Ellia dan berkata, “Bibi Ellia seharusnya tahu diri. Aku mengagumi keteguhanmu terhadap cinta, tapi juga bersimpati padamu karena bisa bertahan begitu lama untuk seseorang yang nggak menyukaimu. Hanya saja,
“Orang hidup harus memiliki harga diri. Aku awalnya nggak ingin mengatakan hal–hal yang keterlaluan karena kamu orang tua. Tapi, kamu telah merampas hak untuk tinggal di rumah ini selama bertahun-
tahun, membuat ibuku menderita karena menjadi bahan tawa orang lain. Sampai sekarang apa kamu
masih nggak sadar akan posisimu?”
Perkataan William bisa dibilang sangat berlebihan, bahkan Naufan merasa sedikit tidak senang
mendengarnya.
“William….” Naufan berkata dengan tegas. “Apa begitu caramu berbicara dengan orang yang lebih tua?”
William hanya tersenyum dan berkata, “Yah, bukankah Ayah sangat mencintai Ibu? Kenapa sekarang
malah membela wanita yang telah menyakiti Ibu selama bertahun–tahun ini? Ayah merasa nggak tega?
Atau sebenarnya Ayah nggak mencintai Ibu dengan tulus?”
“Kak Naufan!” seru Jesika.
Naufan segera memeluk Jesika dan menenangkannya, “Omong kosong! Aku hanya takut orang lain akan
menganggap keluarga kita nggak tahu sopan santun.
“Yah, kamu berpikir terlalu jauh. Kata–kata wanita ini kepada Ibu lebih keterlaluan. Aku hanya membalas perbuatannya. Selain itu, Kakek sudah setuju untuk mengakui aku adalah bagian Keluarga Irwin.”
Naufan sangat mengenal kepribadian ayahnya. Mereka berdua begitu keras kepala dan tidak ada yang
mau mengalah.
Naufan sedikit bingung. Willian hanya masuk sebentar di dalam ruang baca, jadi cara apa yang dia gunakan sampai bisa mengubah keputusan ayahnya? Content from NôvelDr(a)ma.Org.
“Sungguh?” tanya Naufan yang ekspresinya penuh keraguan.
“Tentu saja. Kalau Ayah nggak percaya, bisa tanyakan pada Kepala Pelayan Wandi. Oh ya, Ibu selalu bilang ingin tinggal di sini, ‘kan? Ibu bisa naik dan memilih kamar yang ibu suka. Kita bisa pindah kemari
hari ini juga.”
Perubahan yang mendadak ini membuat Naufan bingung. Dia menoleh ke arah Wandi. Melihat Wandi tidak menyangkal, dia pun percaya dengan ucapan William.
“Ki–kita benar boleh tinggal di sini?”
“Ya,” jawab Wandi sambil mengangguk
Mendengar hal ini, Ellia mengeryit dan berpikir apakah Leo mendadak menjadi tidak tega?