Bab 230
Bab 230
Sebenarnya, Selena tidak punya video, itu hanyalah trik untuk menipu Lilian. Bukti nyata bahwa Lilian memiliki mental yang buruk dan mudah ditipu.
Dengan adanya “bukti” ini, Lilian seharusnya diam untuk sementara waktu.
Darren jelas hanya budak orang itu.
Walaupun tidak tahu siapa dalang di balik semua ini, setidaknya Selena tahu pasti bahwa dia datang ke tempat yang tepat.
Orang itu pasti bersembunyi di Grup Irwin dan tahu betul semua rencana perjalanannya. Setelah memastikan arahnya, mulai sekarang dia tidak akan bertindak gegabah. Sepertinya dia harus membuat rencana yang detail untuk memancing orang itu keluar.
Keberhasilan Grup C dalam menaklukkan Pak Niko yang berkepala batu ini, membuat seluruh grup diselimuti suasana bahagia sepanjang hari.
Seorang tamu yang tak terduga pun datang.
“Astaga, Bu Agatha benaran datang.”
Mendengar nama Bu Agatha, Selena langsung mendongak.
Kelompok gosip di kantor sudah bergegas ke arah pintu untuk menyambutnya dan terus bergumam, “Bu Agatha sengaja membuat kue untuk dibagikan ke semua departemen. Tadi waktu aku ke kamar mandi, aku melihatnya dari kejauhan, dia benar—benar lembut.”
“Pastilah. Tuan Harvey sangat hebat, dia tentunya harus menikahi seorang istri yang lembut dan murah hati.”
Saat Agatha datang, reaksi pertama Selena adalah menghindarinya.
Dia tidak ingin Agatha salah paham kalau dia bekerja di sini demi Harvey. Kalau sampai dia dipecat dari perusahaan, penyelidikannya akan sia-sia.
Dengan kondisinya sekarang, entah berapa lama lagi dia bisa hidup, dia harus memanfaatkan setiap kesempatan.
Selena bergegas berdiri dan pergi melalui pintu samping, tetapi ternyata Agatha datang begitu cepat, dan langsung menghadangnya.
“Itu... gadis yang di sana, tunggu.”
Segera setelah mendengar suara yang sok itu, Selena berjalan lebih cepat.
Tanpa diduga, Lala, si bodoh ini, menariknya kembali demi mencari muka di depan Agatha.
“Kenapa kamu lari? Kamu nggak dengar Bu Agatha memanggilmu?”
Selena tertegun, Lala memang sengaja melakukannya.Published by Nôv'elD/rama.Org.
Lala sengaja menyebutnya di depan Agatha agar keduanya sama—sama canggung. “Maaf, Bu. Dia karyawan baru di grup kami. Dia tadi berlari secepat itu karena mau ke kamar mandi.”
Lala khawatir Selena akan berdampak buruk bagi reputasi kelompok mereka, sehingga dia menjelaskan dengan ramah.
Melihat Selena menunduk, Agatha merasa punggung orang ini sangat mirip dengan seseorang.
Agatha pun tercekat dan berkata, “Angkat kepalamu.”
Selena terpaksa mendongak dan bertatap muka dengan Agatha, sementara Agatha langsung menarik napas dalam—dalam, dia begitu geram.
Sudah susah payah mengusimya dari Kediaman Irwin, tapi dia malah bergabung dengan Grup Irwin!
Apa jangan-jangan keduanya berkencan dengan kedok pekerjaan?
Memikirkannya membuat Agatha hampir gila.
Selena, si jalang ini, masih saja menghantuinya.
27
“Bu Agatha.” Karena tidak ingin orang lain mengetahui hubungannya dengan Agatha, Selena berinisiatif untuk menyapanya. Menyadari ekspresi Agatha yang rumit, Lala bertanya dengan pelan, “Bu Agatha
kenal Selena?”
Agatha yang baru tersadar, hampir menjawabnya tanpa pikir panjang, “Nggak kenal.” “Semuanya silakan ambil permen pernikahan dan kue buatan Bu Agatha.”
“Wah, Bu Agatha benar—benar perhatian, makanannya terlihat enak.”
“Permen pernikahan dan suvenirnya juga sangat mewah. Semoga Tuan Harvey dan Bu Agatha bahagia selalu.”
Ucapan selamat dari semua orang datang bergantian, Agatha mengeluarkan suvenir dari keranjang dan memberikannya kepada Selena.
“Selena, ya? Ini untukmu. Semoga aku dan Harvey juga bisa mendapatkan restumu.” Melihat inisial nama kedua orang di suvenirnya, Selena merasa tidak nyaman.
“Tentu saja, Tuan Harvey dan Bu Agatha pasti hidup bahagia sampai maut memisahkan.”
Agatha meraih tangannya, “Terima kasih atas restumu. Oh iya, nanti kalau kalian semua punya waktu, datanglah ke pesta pertunangan kami,” ucapnya.
“Yang benar, Bu?”
“Tentu saja, orangnya semakin banyak ‘kan semakin ramai. Harvey paling suka keramaian. Pesta pertunangan ini besar sekali.”
“Betapa bahagianya menjadi Bu Agatha ... Tuan Harvey sangat mencintaimu.”
Suara-suara di sekelilingnya seolah seperti pisau yang menusuk jantung Selena berulang kali.